Aset dan Sejarah Perkebunan Dijadikan Wisata
Jumat, 15 November 2019 | Dibaca 243 kali
Harap Kadis Kebudayaan Medan

(Analisa/mahjijah chair). FOTO BERSAMA: Kadis Kebudayaan Kota Medan Ok Zulfi foto bersama dengan Ketua Pembina Yayasan Museum Perkebunan Indonesia Ir Soedjai Kartasasmita, Direktur Eksekutif Musperin Dra Sri Hartini MSi (duduk, kiri kelima), para pembicara lainnya dan peserta foto bersama.
“Saya juga terpanggil untuk mengkaji, meneliti kembali aset-aset perkebunan yang selama ini tertinggal. Sebenarnya aset ini bisa menjadi objek wisata bagi kita semua, yang nantinya dapat dijual ke wisatawan asing maupun domestik,” tegas OK Zulfi saat membuka Seminar Nasional yang mengusung tema “Pusaka Industri Perkebunan Indonesia” yang masih satu rangkaian dengan “Gebyar Pusaka Industri Perkebunan Indonesia” dalam rangka memperingati Hari Pahlawan 10 November yang dilaksanakan Museum Perkebunan Indonesia (Musperin) di Aula Guest House Avros, Senin (11/11).
Sekarang ini, lanjut Zulfi di hadapan para peserta seminar maupun undangan, masih ada peninggalan dari perkebunan yang masih terawat baik. Dan peninggalan yang terawat inilah diharapkan dapat menarik perhatian para wisatawan dalam dan luar negeri.
Apalagi, dulunya Sumatera Utara ini sempat berjaya dengan komoditas tembakau delinya. “Kita tahu, dulu, Sumut ini sangat terkenal dengan tembakau deli. Namun sayangnya sampai sekarang tembakau deli sudah tidak terdengar lagi. Baik di tengah masyarakat kita sendiri, maupun kepada anak-anak didik sekarang,” jelasnya.
Namun tidak dengan para orangtua kita, atau yang sebaya saya, pasti kenal tembakau deli. Dulunya tembakau deli ini terkenal di Sumut hingga ke seluruh dunia. “Saya berharap kepada guru-guru yang hadir dan menjadi peserta dalam seminar ini, sampaikanlah sejarah ini agar menjadi pelajaran yang sangat penting bagi anak didik kita,” pintanya kepada guru yang juga menjadi peserta.
Menurutnya, seminar yang dilaksanakan tersebut pasti akan memberikan kontribusi yang besar. Semoga melalui kegiatan ini dapat menjadi masukan bagi para pesertanya.
Ketua Panitia Isnen Fitri mengungkapkan, seminar nasional tersebut tercetus dari Pendiri Badan Warisan Sumatera (BWS) Hasti Tarekat yang sangat aktif dalam pelestarian industri pusaka perkebunan yang juga menjadi tema seminar.
Seminar nasional ini diadakan karena keikutsertaan Indonesia dalam pembentukan Asia Network for Industrial Heritage yang disingkat ANIH pada 2018 di Taiwan. ANIH adalah jejaring yang fokus pada sejarah industri di kawasan Asia Pasifik.
Pertemuan internasional pertama ANIH dilaksanakan pada 2018 di Taiwan dengan tema Sejarah Industri Gula di Asia, pertemuan kedua, 2019 dengan tema Sejarah Perkeretapian di Asia yang diselenggarakan di Taiwan. Rencananya, pertemuan ketiga digelar di Sawahlunto, Sumbar pada 2020.
“Seminar nasional ini dilaksanakan dalam rangka mempersiapkan pertemuan internasional ANIH pada Juli 2020 di Kota Sawahlunto yang sudah ditetapkan UNESCO sebagai kota bersejarah di dunia,” tuturnya.
Direktur Eksekutif Museum Perkebunan Indonesia (Musperin) Dra Sri Hartini MSi dalam sambutannya mengucapkan terima kasih kepada seluruh jajaran pengurus Musperin, panitia pelaksana, komunitas maupun instansi yang terlibat dalam rangkaian kegiatan yang dilaksanakan sejak 8 hingga 11 November dan berlangsung sukses. “Semoga ke depan, kegiatan berikutnya dapat dilakukan lebih baik lagi,’ harapnya.
Dalam seminar tersebut menghadirkan keynote speaker Dirjen Kebudayaan, Ketua Pembina Yayasan Museum Perkebunan Indonesia Ir Soedjai Kartasasmita, Direktur PTPN II Dr Ir Mohamad Abdul Gani MSi dan Pendiri BWS Dra Hasti Tarekat MSi. (mc)
Terkini

Sabtu, 7 Desember 2019