Cegah Penyakit Tidak Menular Melalui Genomik
Selasa, 10 September 2019 | Dibaca 92 kali

(Analisa/rozie winata) PEMAPARAN: Dr dr Gatot Susilo Lawrence LAO MSc SpPA(K) saat memberikan pemaparan terhadap puluhan dokter di Medan mengenai persoalan pemeriksaan genomik, Sabtu (7/9).
Medan, (Analisa). Puluhan dokter di Kota Medan diberi pengetahuan tentang pemeriksaan genomik, Sabtu (7/9). Genomik merupakan bidang yang mempelajari genom untuk memahami bagaimana dan apa akibat dari interaksi antar-gen serta pengaruh lingkungan terhadapnya.
Sebagai pemateri, Dr dr Gatot Susilo Lawrence LAO MSc SpPA(K) mengatakan, pengetahuan genetik saat ini masih minim. Padahal dalam pengaplikasian di bidang medis, adanya pemeriksaan genomik membuka paradigma baru dalam menilai risiko penyakit yang mendukung preventive medicine. "Pemeriksaan genomik ini ditujukan untuk menilai risiko seseorang terhadap beberapa penyakit, di antaranya adalah CArisk yakni untuk melihat risiko terhadap beberapa jenis penyakit kanker. Lalu DIArisk untuk melihat risiko seseorang terhadap diabetes, sehingga bisa dilakukan pencegahan penyakit-penyakit ini," katanya dalam seminar yang digelar di GRAHA Prodia Medan tersebut.
Sebab, lanjut Gatot, ada sepuluh penyakit tidak menular, salah satunya kanker yang menjadi penyakit terbanyak di Indonesia. "Jadi kita sudah mampu mendeteksi secara awal, sebelum akhirnya seseorang itu memiliki kanker dengan tingkat keganasan yang tinggi, salah satunya ialah melalui pemeriksaan genomik ini," jelasnya.
Sementara itu, Dr dr Dina Keumala Sari MG SpGK mengatakan, dengan adanya pemeriksaan nutrigenomics diharapkan bisa mencegah penyakit tidak menular (PTM) dari awal. "Kita ketahui penyakit tidak menular itu semakin meningkat seperti jantung, obesitas, diabetes, kanker, hipertensi dan lainnya. Jadi kalaulah kita bisa melakukan pencegahan di awal, itu akan lebih baik dari pada sifatnya kuratif atau mengobati," ujarnya.
Ia menerangkan, setelah pemeriksaan gen, untuk penunjang lainnya yakni dari segi nutrisi. Bila penemuan gen sudah dilakukan dan sudah diketahui, maka bisa mengantisipasi atau memberikan penatalaksanaan nutrisinya sesuai dengan gen yang sudah ada. "Pemeriksaan ini cukup sekali seumur hidup dan bisa menggambarkan bagaimana respons tubuh terhadap makanan, metabolisme, termasuk pula aktivitas kita. Kalau sekiranya kita sudah tahu secara genetik, maka akan mudah dalam memberikan asupan nutrisi sesuai yang diharapkan. Sehingga 10 sampai 15 tahun ketika akan datang penyakit-penyakit PTM itu, sudah jauh lebih berkurang. Kita tidak bisa menutup mata saat ini bahwa kematian penyebab PTM di Indonesia cukup tinggi," terangnya.
Senada, Adrian Susanto MFarm Apt dari Prodia mengatakan pemeriksaan gen ini sifatnya bertujuan sebagai upaya pencegahan. "Apalagi saat ini hasilnya dilakukan di klinik dan tak perlu dikirim sampai ke luar negeri," pungkasnya. (zie)
Terkini

Selasa, 10 Desember 2019