Proklamirkan Kediamannya Jadi Museum Perjuangan Pers
Senin, 18 November 2019 | Dibaca 193 kali
HUT ke-87 Muhammad TWH

Analisa/mahjijah chair
TUMPENG: Pemilik Museum Perjuangan Pers Drs H Muhammad TWH (berpeci) didampingi keempat putrinya memegang tumpeng bersama Kepala Museum Negeri Sumatera Utara Martina Silaban SH (kiri) dan dari Dewan Pers Rony Simon sebelum pemotongan tumpeng dengan latar belakang foto para pahlawan.
Medan, (Analisa). Teliti dan penuh ketekunan, Drs H Muhammad TWH mengumpulkan setiap lembar sejarah dan mengabadikannya dalam bingkai foto yang sarat dengan nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia di kala itu.
Tidak hanya foto para pejuang yang mengangkat senjata saja. Dokumentasi para pejuang pers yang berkiprah di zaman beheula yang turut mendampangi para pahlawan melalui goresan pena untuk merebut bangsa ini dari tangan penjajah, turut menghiasi kamar rumah pribadinya yang terletak di Jalan Sei Alas, No.6 Medan.
Bersamaan dengan bertambahnya usia, kini 87 tahun, Muhammad TWH, pejuang pers Sumatera Utara yang sudah malang melintang di dunia kewartawanan selama 65 tahun itu pun, mendedikasikan rumah pribadinya yang tadinya hanya sebagai “Rumah Pameran” kini sebagai Museum Perjuangan Pers yang merupakan satu-satunya Museum Perjuangan Pers di Indonesia. Menjadikan rumah pribadinya tersebut sebagai monumen sejarah.
“Harapan saya, keberadaan museum ini dapat menjadi warisan sejarah bagi para generasi muda. Dengan adanya museum ini, para generasi muda dapat mengetahui siapa tokoh-tokoh yang memperjuangkan bangsa ini baik pahlawan yang memperjuangkan bangsa dengan senjata maupun dengan tulisan atau media koran dan sebagainya,” kata mantan veteran yang pernah aktif sebagai wartawan Mimbar Umum dan Harian Waspada, yang hingga kini masih aktif menulis, Sabtu (16/11).
Keinginan saya mengalihkan rumah ini menjadi Museum Perjuangan Pers, agar menjadi monumen bersamaan bertambahnya usia saya ke 87.
“Selain itu pula, keinginan saya memproklamirkan rumah ini menjadi Museum Perjuangan Pers masih berkaitan dengan peringatan Hari Pahlawan dan kita menggelar pameran yang mengusung tema “Pameran Wajah Pahlawan yang Telah Berkorban untuk Kemerdekaan”,” jelas mantan anggota PWI Sumut yang telah banyak meraih penghargaan, dan terakhir dari Kementerian Komunikasi dan Informasi bekerja sama dengan Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI), sebagai Tokoh Kurator Komunikasi Jurnalistik.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumut dr Ria Nofida Telaumbanua MKes diwakili Kepala Museum Provinsi Sumatera Utara Martina Silaban SH yang hadir sangat mengapresiasi peresmian Museum Perjuangan Pers Sumut oleh Drs H Muhammad TWH.
“Kita sangat mengapresiasi, untuk pengelolaan dan pengembangan museum ini sebagai pusat informasi sejarah pers di Sumut. Oleh karena itu, kita berharap kepada masyarakat dan anak-anak sekolah di Sumut untuk berkunjung ke Museum Perjuangan Pers ini guna mengedukasikan sejarah-sejarah atau pun peristiwa-peristiwa di masa lampau tentang perjuangan kemerdekaan RI yang ada di Sumut,” bebernya.
Di sini, lanjutnya, sudah banyak koleksi Muhammad TWH. Untuk itu perlu penataan, kurator, edukator dan, pemandu. “Jadi perlu juga SDM di Museum Perjuangan Pers ini. Oleh karena itu, kita juga harapkan kepada keluarga agar tetap mendukung untuk pengelolaan Museum Perjuangan Pers Sumatera Utara ini,” harapnya.
Beliau sebagai saksi sejarah, diharapkan dapat menghidupkan museum tersebut saat dikunjungi para siswa. “Masih adanya beliau, Bapak TWH bisa menyuarakan tentang sejarah langsung kepada anak-anak sekolah yang berkunjung ke museum ini nantinya,” katanya.
Kami, lanjut Martina, Disbupar Sumut tetap berusaha bagaimana nantinya dengan persetujuan ahli waris, rumah ini dijadikan sebagai Museum Perjuangan Pers di Sumut. “Karena ini sudah menjadi satu klasifikasi berdirinya museum, bangunan sudah ada, koleksi sudah ada. Tentang bagaimana menjadikan museum ini informatif kepada masyarakat luas dan anak-anak sekolah.
Pada pameran itu, disajikan dokumentasi di antaranya, penyerbuan heroik di Jalan Bali 13 Oktober 1945, wajah Gubernur Sumut Teuku M Hasan yang melahirkan Provinsi Sumut, wajah Gubernur Sumut dari yang pertama hingga Gatot Pujo Nugroho, empat wajah di antara pahlawan Sumut yang gugur di Medan Area, Jenderal S Spoor yang merupakan Panglima Tentara Belanda di Indonesia yang tewas dihadang pasukan Maraden Panggabean dekat Sibolga, 50 foto Sumut tempo doeloe koleksi mantan Gubsu Raja Inal Siregar dan masih banyak lagi foto-foto sejarah yang sangat yang menarik.
Diana, salah seorang anak Muhammad TWH menyampaikan, untuk mengelola museum yang sudah menjadi impian ayahandanya tersebut, mereka butuh dukungan banyak pihak.
“Semoga museum ini bisa menjadi sarana belajar bagi para generasi milenial untuk mengetahui sejarah panjang para pejuang dalam mempertahankan negara RI dari cengkraman negara asing. Dan semoga museum ini juga bisa lebih berkembang ke depannya,” katanya seraya menambahkan museum dibuka setiap hari mulai pukul 09.00 hingga pukul 16.00 WIB, gratis. (mc)
Terkini

Minggu, 8 Desember 2019