Serangan Terhadap Suriah Picu Kekacauan Global
Selasa, 17 April 2018 | Dibaca 131 kali
Presiden Putin Peringatkan Negara Barat

(AP/Hassan Ammar) HANCUR: Salah satu jalan di kota Douma tampak hancur berantakan setelah dibombardir pasukan pemerintah Suriah, Senin (16/4). Kota yang menjadi basis terakhir pemberontak di luar Damaskus itu telah jatuh ke tangan pasukan pemerintah.
Moskow, (Analisa). Presiden Rusia Vladimir Putin, Senin (16/4), memperingatkan negara-negara Barat bahwa serangan lanjutan terhadap Suriah akan menimbulkan kekacauan global.
Dalam pembicaraan telepon antara Putin dengan dengan Presiden Iran, Hassan Rouhani, kedua tokoh itu sepakat bahwa serangan negara-negara Barat telah menutup kesempatan bagi tercapainya resolusi politik bagi konflik di Suriah.
"Putin secara khusus menekankan bahwa jika aksi yang melanggar Piagam PBB itu dilanjutkan, maka akan terjadi kekacauan dalam hubungan internasional," kata Kremlin dalam pernyataan tertulis.
Sementara itu Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, Nikki Haley, mengatakan bahwa pihaknya akan menjatuhkan sanksi ekonomi baru kepada sejumlah perusahaan yang terlibat dengan penggunaan senjata kimia yang diduga dilakukan oleh Presiden Suriah.
Sebelumnya pada Sabtu, Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris menembakkan 105 rudal dengan target tiga tempat yang diduga menjadi fasilitas persenjataan kimia di Suriah. Aksi itu merupakan balasa terhadap serangan gas beracun di Douma pada 7 April lalu.
Sejumlah negara Barat menunjuk Bashar sebagai pihak yang bertanggung jawab atas serangan Douma yang menewaskan puluhan orang. Sementara pemerintah Suriah dan Rusia membantah telah terlibat.
Tembakan rudal pada Sabtu adalah intervensi terbesar dari negara-negara Barat di Suriah.
Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris mengatakan bahwa serangan rudal itu hanya menarget fasilitas persenjataan kimia Suriah dan tidak ditujukan untuk menggulingkan Bashar ataupun mengintervensi perang sipil di sana.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa dirinya telah berhasil meyakinkan Trump, yang sebelumnya ingin menarik pasukan Amerika Serikat dari Suriah, untuk tetap mempertahankan keterlibatan di negara tersebut.
Namun pernyataan Macron itu dibantah oleh Gedung Putih.
"Misi Amerika Serikat tidak berubah, presiden sudah menegaskan bahwa dia ingin agar pasukan Amerika Serikat bisa kembali pulang secepatnya," kata juru bicara Gedung Putih, Sarah Sanders.
"Kami bertekad untuk menghancurkan kelompok bersenjata ISIS dan menciptakan kondisi yang mencegah kembalinya mereka," kata dia.
"Kami juga berharap para sekutu regional untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar, baik secara militer maupun finansial, untuk menjaga keamanan kawasan," kata Sanders.
Sementara itu wakil kepala komite pertahanan parlemen Rusia, Evgeny Serebrennikov, menjawab rencana Amerika Serikat untuk menjatuhkan sanksi ekonomi dengan mengatakan bahwa pihaknya siap.
"Sanksi itu memang berat bagi kami, tapi juga akan menimbulkan kerusakan yang lebih besar bagi Amerika Serikat dan Eropa," kata Serebrennikov kepada kantor berita RIA.
Di Damaskus, Wakil Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mekdad, telah bertemu dengan tim lembaga pemantau senjata kimia global, OPCW, selama tiga jam dengan didampingi sejumlah pejabat Rusia.
Tim OPCW akan mengunjungi Douma untuk menyelidiki dugaan penggunaan senjata kimia di sana.
Moskow mengecam Barat karena menolak menunggu temuan OPCW sebelum menggelar serangan. (Ant/Rtr)
Terkini

Jumat, 20 April 2018