Visi Indonesia Emas 2045
Rabu, 13 November 2019 | Dibaca 275 kali
Oleh: Poltak MS
VISI Indonesia Emas 2045 adalah sebuah gagasan sekaligus impian bangsa ini yang menginginkan terwujudnya Indonesia yang unggul, maju dan mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain, serta telah cukup dewasa untuk mengatasi isu-isu dan persoalan-persoalan klasik bangsa seperti korupsi, isu disintegrasi, dan kemiskinan. Untuk mencapai keinginan dan cita-cita besar tersebut, kunci utamanya bukan pada kekuatan ekonomi, politik, atau militer, melainkan pada sumber daya manusianya. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) itulah yang pada pemerintahan periode kedua Presiden Jokowi mulai digenjot dengan berbagai program pendidikan vokasi dan berbagai kemampuan penguasaan teknologi berbasis digital.
Mengapa disebut Indonesia Emas 2045? Karena pada tahun 2045 nanti, kemerdekaan Indonesia genap berusia 100 tahun. Artinya, bangsa ini telah eksis berdiri sebagai sebuah negara yang berdaulat penuh selama 100 tahun, dan masa 100 tahun adalah usia emas. Memang masih lama, masih ada waktu 26 tahun lagi menuju ke usia itu. Namun, bukan tanpa alasan munculnya ide, wacana, dan gagasan Indonesia Emas 2045 itu terus digaungkan. Pasalnya, ada satu “harta karun” yang sejatinya bisa menjadi modal yang sangat berharga untuk kelangsungan bangsa dan negara ini di masa mendatang.
Harta karun yang dimaksud itu adalah bonus demografi. Disebut bonus demografi karena pada tahun 2045, tepat satu abad usia negara kita, Indonesia akan mendapatkan jumlah penduduk yang 70%-nya adalah usia produktif antara 15-64 tahun, sedangkan sisanya 30% merupakan penduduk yang tidak produktif berusia di bawah 14 tahun dan di atas 65 tahun. Pada periode inilah yang diharapakan bisa membawa ke masa Indonesia Emas dikarenakan beban ketergantungan penduduk dirasa paling ringan. Dua hingga tiga penduduk yang bekerja hanya akan menanggung satu orang yang tidak bekerja. Pada periode ini, maka muncullah kesempatan emas bagi bangsa Indonesia untuk memacu produktivitasnya dan menjadi semakin mudah menggapai Indonesia yang maju dan makmur.
Bonus demografi ibarat pisau bermata dua, dapat menjadi modal atau beban bagi Indonesia tergantung bagaimana persiapan Indonesia dalam menghadapi tahun 2045. Bonus demografi dapat menjadi modal apabila profil penduduk Indonesia berkualitas, sehingga merupakan modal negara untuk meningkatkan ekonomi dengan memajukan industri, infrastruktur, UMKM. Di sisi lain, bonus demografi juga dapat menjadi beban apabila sumber daya manusia yang dimiliki tidak berkualitas yang akan mengakibatkan meningkatnya angka pengangguran dan menjadi beban negara.
Saat ini, Indonesia masih memiliki masalah yang sekarang belum terselesaikan yang dapat mengakibatkan tidak terwujudnya generasi emas; contohnya adalah korupsi yang merajalela di pemerintahan, angka kemiskinan yang tinggi, kualitas pendidikan yang tidak merata, dan permasalahan sosial seperti konflik horizontal antar masyarakat, kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, narkoba yang semakin marak di kalangan pemuda dan remaja, terorisme, kekerasan sosial, dan bentuk kriminal lainnya. Apabila Indonesia tidak dapat menyelesaikan permasalahan tersebut, tingkat kriminalitas dan kekacauan akan meningkat pada tahun 2045 dikarenakan banyaknya penduduk usia produktif yang berpotensi sebagai pelaku kriminal.
Jika bonus demografi ini tidak bisa dimanfaatkan dengan baik, bisa membawa dampak buruk terutama pada masalah sosial seperti kemiskinan, kesehatan yang rendah, pengangguran, dan tingkat kriminalitas yang tinggi. Bonus demografi memang tidak bisa dihindari karena itu akan menjadi sebuah keniscayaan. Jadi untuk menghadapinya nanti sangat tergantung pada sikap semua pihak mulai dari masyarakat hingga pemerintah. Maka dari itu, Indonesia perlu melakukan upaya untuk mewujudkan bonus demografi menjadi generasi emas di tahun 2045.
Menyiapkan Pendidikan
Menuju tahun 2045 memang masih lama, namun sejatinya bibit dan bobotnya sudah harus dipersiapkan sejak dari saat ini. Pasalnya, anak-anak kecil maupun bayi yang baru lahir dan yang akan lahir dalam beberapa tahun ke depan sudah berada di sekeliling kita. Merekalah yang akan memimpin bangsa ini pada tahun 2045. Di tangan mereka yang masih bayi dan anak-anak sekarang inilah masa depan dan nasib bangsa ini dipertaruhkan. Dan yang menyiapkan masa depan mereka adalah generasi milenial yang saat ini pun kita siapkan mampu menciptakan generasi emas 2045. Salah satu aspek yang paling penting untuk mewujudkan generasi emas di tahun 2045 adalah melalui pendidikan
Dalam menyiapkan bangsa ini menuju Indonesia Emas, hal terpenting yang perlu dilakukan adalah berbenah dalam hal pendidikan. Sistem pendidikan Indonesia selalu tidak pernah lepas dari ujian, mulai dari ujian sekolah hingga ujian nasional. Memang, Ujian Nasional mempunyai beberapa kelebihan dalam menjaga standar dan mutu pendidikan nasional seperti yang dikehendaki pada UU no 20 tahun 2003. Namun, apakah segala masa depan seorang manusia harus ditentukan dari satu ujian di jenjang pendidikannya. Mindset pikiran yang hanya tertuju pada ujian ini, dapat menghancurkan kreativitas dan imajinasi dari seseorang (Schmitz, 2011), padahal dalam dunia kompetisi tinggi di depannya, gagasan dan kreativitas sangatlah penting. Sistem pendidikan Indonesia ternyata sangat mirip seperti yang ada di Tiongkok, banyak hal yang hanya bisa dicapai setelah melewati tes.
Selain tekanan berat pada pelajar, sistem berbasis ujian akan menghasilkan pelajar yang hanya bisa mengerjakan suatu ujian. Sebuah sistem yang menghalalkan segala cara untuk mencapai hasil tersebut seperti mencontek atau kerjasama dengan temannya. Fenomena ini sudah dapat terlihat di Indonesia dengan banyaknya guru baik di sekolah maupun tempat les mengajarkan 'rumus cepat' untuk menjawab soal tipe tertentu tanpa mengajarkan dasar dari rumus tersebut.
Salah satu negara yang bisa dibilang sukses dalam sistem pendidikannya adalah Finlandia. Finlandia tidak menerapkan sistem ranking dan ujian terstandarisasi pada pendidikannya. Hasilnya adalah sebuah sistem pendidikan dimana setiap
orangnya termotivasi untuk benar-benar belajar, bukan hanya tes. Manusia adalah individu unik dengan cara belajar masing-masing, seharusnya sebuah sistem pendidikan tidak memaksakan satu cara untuk melakukan sesuatu. Sistem pendidikan yang baik adalah sebuah sistem yang mengajarkan seseorang untuk dapat belajar.
Dengan mengajarkan cara belajar, seorang pelajar akan bisa memasuki proses lifelong learning. Agar dapat bersaing, para penerus bangsa ini harus mempunyai keterampilan tersebut. Cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan rasa tersebut adalah peran guru sebagai pembimbing. Pada pendidikan tradisional, seorang guru hanyalah bersifat sebagai pengajar, seharusnya guru bertindak sebagai pembimbing dalam pembelajaran pribadi pelajar. Seharusnya setiap orang belajar sesuai kecepatannya dan seorang guru akan menuntunnya jika kesulitan. Kecepatan satu kelas tidak harus sama. Proses ini kadang disebut mastery learning dan sudah banyak riset yang mendukungnya.
Implementasi hal-hal tersebut memang sulit dan membutuhkan biaya besar, namun pendidikan adalah investasi untuk masa depan Indonesia, sehingga harus sangat diprioritaskan. Salah satu aspek yang dapat ditingkatkan adalah penghargaan bagi guru. Seorang guru haruslah orang yang bukan hanya pintar, namun dapat mengajar dan mengerti muridnya. Mencari orang-orang seperti itu bukanlah hal mudah, tapi mungkin dan harus menjadi prioritas pendidikan bukan fokus pada ujian.
Indonesia Emas tahun 2045 adalah tahun yang penting bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia sehingga sudah selayaknya kesempatan tersebut dimaksimalkan untuk memajukan bangsa Indonesia terutama oleh para pemuda yang kelak akan menjadi pemimpin bangsa. Di sisi lain, bisa saja menjadi tahun kehancuran bangsa apabila potensi anak negeri justru dimaksimalkan ke arah yang negatif. Untuk itu, dalam rangka menghadapi dan mencapai bonus demografi Indonesia Emas tahun 2045 yang baik, perlu dilakukan persiapan terutama dan utama pada bidang pendidikan untuk membangun SDM yang terbaik. ***
Penulis adalah pemerhati masalah sosial dan kemasyarakatan.
Terkini

Rabu, 11 Desember 2019